140.000 Warga Anbar Irak Jadi Pengungsi
Lebih dari 140.000 warga menjadi pengungsi akibat konflik bersenjata antara pemerintah dengan kelompok-kelompok teroris Al Qaida di Provinsi Anbar, Irak. Demikian keterangan PBB tentang konflik yang tengah berlangsung di Irak dalam apa yang disebut sebagai “tahun terburuk” dengan banyaknya orang-orang yang terusir sejak konflik bersenjata antara tahun 2006-2008.
Sementara itu dalam konflik terakhir antara militer Irak yang dibantu milisi-milisi suku Sunni melawan kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) yang berafiliasi dengan Al Qaida kemarin sebanyak 3 orang tewas.
Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Barack Obama telah mendesak pemerintah Irak untuk melakukan penyelesaian politik atas konflik yang tengah terjadi. Namun dengan mendatangnya pemilu bulan April nanti, PM Nouri al-Maliki memilih untuk mengambil jalan keras dengan mengerahkan aparat keamanan.
Militer Irak dengan dibantu milisi-milisi pro-pemerintah telah terlibat pertempuran sengit selama berhari-hari untuk merebut kembali kota Fallujah dan sebagian ibukota Provinsi Anbar, Ramadi, dari tangan kelompok-kelompok teroris. Namun sejauh ini upaya tersebut masih belum sepenuhnya berhasil.
Pada hari Jumat kemarin (24/1) militer Irak melancarkan serangan mortir ke kawasan perkampungan Malaab dan Albu Faraj di Ramadi, menewaskan 2 orang dan melukai 30 orang lainnya. Demikian keterangan aparat keamanan dan petugas medis. Pertempuran sengit di Ramadi juga terjadi Kamis malam namun tidak ada korban jiwa. Namun dalam pertempuran di Fallujah hari Kamis sebanyak 1 orang meninggal dan 7 orang mengalami luka-luka.
Jubir badan urusan pengungsi PPB (UNHCR) Peter Kessler menyebut konflik saat ini sebagai tahun terburuk dalam hal jumlah penduduk yang terpaksa menjadi pengungsi sejak konflik bersenjata tahun 2006-2008 ketika pasukan pendudukan Amerika masih berada di Irak. Dalam konflik kali ini telah terdapat tidak kurang dari 140.000 penduduk Provinsi Anbar yang menjadi pengungsi, 65.000 di antaranya terjadi dalam seminggu terakhir.
Ribuan pengungsi tersebut menuju Baghdad dan ke beberapa provinsi lainnya, namun tidak kurang banyak bahkan sampai mengungsi ke wilayah otonomi Kurdi di utara Irak. Menurut UNHCR para pengungsi tersebut berada dalam kondisi sangat memprihatinkan.
Pada hari Rabu (22/1) Presiden Amerika Barack Obama dan pertemuan dengan ketua parlemen Irak Osama al-Nujaifi mendesak pemerintah Irak untuk melakukan dialog politik untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.(ca/al akhbar)