Kuala Lumpur Summit, Harapan dari Timur

0
681

LiputanIslam.com –Sebuah perkembangan penting sedang terjadi di dunia Islam. Diinisiasi oleh Malaysia, sejumlah pemimpin dan aktivis negara Muslim akan berkumpul dan bertemu di Kuala Lumpur akhir pekan ini. Pertemuan yang disebut sebagai forum untuk membahas masalah-masalah dunia Islam ini disebut-sebut sebagai sebuah terobosan baru di tengah kemandegan membosankan yang ditunjukkan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI).

OKI dideklarasikan pada tahun 1969 yang lalu. Ke-57 anggotanya saat itu bertekad untuk menjadikan organisasi ini sebagai forum kerja sama dan solidaritas di antara sesama negara Muslim. Tujuan utama dan paling ril dari pembentukan organisasi itu adalah mengupayakan kemerdekaan Palestina dengan Al-Quds sebagai ibukotanya.

Kini, setelah 50 tahun berlalu, apa yang dulunya dicita-citakan oleh OKI ternyata masih jauh panggang dari api. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh OKI untuk menyelesaikan masalah Palestina dan berbagai dunia Islam lainnya. Arab Saudi yang bisa disebut sebagai motor utama OKI malah berkali-kali menciptakan masalah baru di dunia Islam.

Untuk kasus Palestina, misalnya. Arab Saudi hingga kini termasuk salah satu sekutu terdekat AS. Padahal, kita semua tahu, bagaimana AS hingga detik ini menyatakan diri sebagai sekutu tak terpisahkan bagi Israel, sang penjajah Palestina. Publik tahu, bagaimana hingga kini, AS telah memveto lebih dari 40 resolusi Dewan Keamanan PBB berisikan kutukan terhadap beragam kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Zionis Israel atas bangsa Palestina.

Selain itu, Saudi juga ikut mensponsori berdirinya berbagai kelompok Islam ekstrem yang kemudian berubah menjadi kelompok teroris; sebuah aib besar bagi dunia Islam. Kita tahu, bahwa keberadaan kelompok ekstrem teroris itu menyebabkan citra Islam menjadi jatuh. Perhatian dunia terhadap Palestina juga teralihkan gara-gara polemik soal jihad-palsu serta krisis di Suriah.

Terakhir, Arab Saudi juga menjadi aktor utama dalam menciptakan krisis kemanusiaan di Yaman. Tiap hari, Yaman dibombardir oleh Saudi dengan dalih memerangi milisi Al-Houthi. Faktanya, rudal-rudal Saudi itu meluluhlantakkan berbagai infrastruktur serta membunuh puluhan ribu anak-anak dan wanita yang tak berdosa.

Tampaknya, banyak pihak yang melihat OKI bukan lagi sebagai jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi dunia Islam. Setelah 50 tahun tanpa prestasi dan hasil yang memadai, apa lagi yang bisa diharapkan dari OKI? Bagaimana kita bisa berharap OKI akan mampu menciptakan kerjasama di antara negara-negara Muslim ketika negara yang menjadi motor gerakan ini malah gemar memecah-belah serta menjadi bagian dari masalah?

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, sebagai tuan rumah perhelatan menyatakan bahwa dirinya telah lama memimpin kampanye untuk memperkuat solidaritas antara negara-negara di dunia Islam dan ingin meningkatkan kedudukan negaranya di panggung dunia. Mahathir juga mengatakan bahwa umat Islam hari ini menderita karena jutaan dari mereka ditahan di kamp-kamp konsentrasi, perang saudara yang telah mengakibatkan kehancuran total dan meningkatnya Islamophobia.

Kuala Lumpur Summit bisa jadi adalah salah satu langkah untuk memberikan solusi atas kemandegan OKI. Sejumlah pemimpin negara Muslim seperti Iran, Turki dan Qatar, sudah menyatakan akan hadir dalam forum tersebut. Indonesia sendiri mengirimkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mewakili Wapres KH. Ma’ruf Amin yang batal hadir karena kondisi kesehatannya.

Kuala Lumpur Summit layak disebut harapan dari Timur. Ketika Dunia Arab gagal memainkan perannya sebagai pemimpin dunia Islam, negara-negara Muslim di Timur, termasuk Indonesia, layak mendapatkan kesempatan. (os/editorial/liputanislam)

DISKUSI: