Krisis Palestina, Sebuah Gelombang Intifadhah Baru
LiputanIslam.com –Krisis di Palestina yang sudah berlangsung hampir sebulan ini masih terus memanas. Meskipun saat ini telah disepakati gencatan senjata antara Zionis Israel dan para pejuang Palestina di Gaza, akan tetapi, ketegangan masih terus berlanjut di kawasan pendudukan itu. Warga Palestina di Jerussalem yang sedang merayakan gencatan sejata dan kemenangan teman-teman seperjuangan mereka di Gaza, diserang oleh aparat Israel. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz juga menyatakan bahwa gencatan senjata tidak akan menghalangi militer Israel untuk membunuh para petinggi HAMAS. Itu karena HAMAS, beserta Jihad Islam, dan Hezbollah Lebanon, sudah dinyatakan sebagai organisasi teroris versi Israel dan Amerika. Karenanya, Israel tak akan pernah berhenti menyasar posisi-posisi HAMAS dan Jihad Islam di Gaza sebagai sasaran serangan militer.
Apa yang saat ini sedang terjadi di Palestina sebenarnya tak lain dari gelombang intifadhah baru bangsa Palestina, sebuah upaya perlawanan tangan-tangan kecil kurus Daud melawan Jaluth. Warga Palestina di Tepi Barat hanya bisa melemparkan batu batu kecil ke arah tentara Israel yang bertameng; dan terkadang batu-batu itu dilempar ke tank-tank baja. Sedangkan milisi-milisi bersenjata di Jalur Gaza menembakkan roket ke kawasan Israel. Sebagiannya rontok ditangkis oleh sistem canggih pertahanan udara Israel.
Di Tepi Barat, lemparan batu warga Palestina dibalas dengan pukulan, bahkan tembakan peluru karet dan peluru tajam. Di Jalur Gaza, tembakan roket milisi Hamas dan Jihad Islam dibalas dengan ratusan roket-roket berhulu ledak tinggi. Rumah-rumah warga, fasilitas umum, rumah sakit, sekolah, hancur dihantam roket-roket tersebut. Ratusan nyawa melayang.
Sudah lebih dari 70 tahun, peristiwa yang serupa inilah yang terus terjadi menimpa bangsa tertindas Palestina. Mereka diusir dari tanah kelahirannya, ditangkapi, dan dibunuhi. Ketika melawan, mereka dicap sebagai teroris. Tapi inilah memang watak dasar perjuangan. Bukankah dulu para pejuang kemerdekaan bangsa kita, juga dituduh dan dikasih label dengan sebutan maling, ekstremis, dan teroris? Bukankah dulu, untuk setiap perlawanan merebut kemerdekaan yang ditunjukkan oleh para pahlawan bangsa kita, para penjajah membalasnya dengan balasan yang sangat bengis?
Tapi, para pahlawan kemerdekaan kita juga dahulu tak pernah kehilangan semangat juang untuk merebut kemerdekaan yang dirampas oleh para penjajah. Para pahlawan bangsa tahu, bahwa mereka bisa saja tak akan menikmati kemerdekaan itu. Tapi, perjuangan merebut hak adalah sebuah kehormatan dan harga diri. Pejuangan merebut hak adalah dorongan dasar dari kemanusiaan seorang manusia. Perjuangan melawan penjajah adalah sebuah upaya yang hasilnya akan dinikmati oleh anak cucu. Watak dasar dari sebuah perjuangan juga menunjukkan bahwa pada akhirnya, kemenangan akan didapat.
Menanggapi aksi-aksi perlawanan bangsa Palestina di Gaza tersebut, mantan Menteri Pertahanan Zionis Israel Avigdor Liberman, menyampaikan kekhawatirannya tentang situasi tersebut. Dalam wawancara dengan Saluran TV Channel 12 Israel, ia mempertanyakan, kalau melawan HAMAS saja, Israel keteteran seperti itu, bagaimana kalau harus berhadapan langsung melawan Hizbullah dan Iran?
Liberman, Netanyahu, Benny Gantz, dan semua pendukung Zionis Israel, mereka memang layak khawatir. Apa yang sedang mereka hadapi saat ini memang bukan sekedar HAMAS, Jihad Islam, Fatah, dan berbagai kelompok perlawanan Palestina. Israel juga tidak hanya sedang menghadapi Hebollah dan Iran. Saat ini, gelombang dukungan terhadap Palestina memang sedang sangat massif. Ketatnya protokol kesehatan akibat pandemi tidak menghalangi munculnya berbagai aksi solidaritas di seluruh dunia. Gelombang aksi bahkan sangat masif terlihat di kota-kota besar di Amerika dan Inggris.
Kita berharap, gelombang intifadhah baru ini menjadi awal dari kesombongan, kepongahan, dan aksi-aksi kemanusiaan Zionis Israel beserta para sekutunya. Kita berharap, Tahun 2021 akan menjadi tahun gerbang perayaan terlepasnya saudara-saudara kita di Palestina dari belenggu penjajahan Zionis Israel. (os/editorial/liputanislam)