[Editorial] Tatanan Dunia Baru Pasca Pandemi
LiputanIslam.com –Akibat pandemi Korona, dunia betul-betul berubah. Virus ini awalnya terdeteksi di China, dan banyak yang menduga bahwa China akan sangat terpukul akibat virus ini. Kegiatan ekonomi melambat, dan China seperti terisolasi dari dunia luar. Faktanya, virus ini malah menular ke semua negara, dan episentrum penyebaran virus berpindah dari China ke Eropa, dan sekarang malah ke Amerika Serikat.
Sebagaimana yang terjadi di China, perekonomian Amerika dan Eropa juga terpukul hebat oleh pandemi ini, dengan pukulan yang jauh lebih mematikan. Ketika China saat ini sudah memasuki masa recovery pandemi, Amerika dan Eropa sedang kerepotan menghadapi dampak ekonomi, sosial, dan politik dari pandemi ini. Ekonomi mereka sangat melambat gara-gara kegiatannya yang betul-betul stagnan. Di sisi lain, proses distribusi produk-produk ekonomi juga betul-betul terhambat gara-gara pemblokiran transportasi antar-negara dan antar-kota di dalam negeri masing-masing.
Pandemi Korona, sebagaimana bencana-bencana lainnya, pastilah akan berlalu. Barangkali nantinya akan ditemukan vaksin dan obatnya. Sebagai orang yang beragama kita yakin sekali bahwa Tuhan pastilah menurunkan obat penawar untuk setiap penyakit yang muncul. Kita hanya tidak tahu, kapan vaksin dan obat penawar itu bisa ditemukan, diproduksi secara massal, didistribusikan, serta dipakai untuk mengobati warga dunia.
Kapanpun itu terjadi, yang bisa dipastikan adalah bahwa saat itu, dunia tidak akan lagi sama. Seperti yang disampaikan Sekjen Hezbollah, Sayid Hasan Nasrallah, dalam pernyataannya tanggal 29 Maret llalu, akibat dari pandemi COVID-19 ini berkemungkinan melampaui perang dunia dan menghasilkan tatanan global baru. Secara khusus, Nasrallah menyoal masa depan AS dan Uni Eropa sebagai pihak yang kemungkinan paling terdampak oleh krisis ini. AS mungkin saja akan porak poranda dan Uni Eropa juga bisa saja bubar. Sistem ekonomi kapitalis yang ditengarai memperparah dampak pandemi mungkin saja akan ditinggalkan.
Perubahan apapun yang terjadi pada AS dan Barat (Uni Eropa) pastilah akan berdampak kepada dunia Islam, khususnya lagi adalah Palestina. Pasalnya, kedua pihak inilah yang paling bertanggung jawab atas krisis di Palestina yang bermula di tahun 1948 dan terus berlangsung hingga kini, setelah lebih dari tujuh dekade.
Kita tentu merasa prihatin dengan pandemi ini. Setiap jiwa manusia itu berharga, siapapun dia, berapapun usianya, serta apapun agama, ras, dan bangsa orang itu. Kita berharap bahwa pandemi ini segera berakhir. Hanya saja, kita juga percaya bahwa di balik setiap kehendak Tuhan itu ada hikmah bagi kebaikan manusia. Barangkali, dengan adanya pandemi ini, kita menjadi sadar, betapa sangat lemahnya kita, yang terisolasi ketakutan menghadapi makhluk yang sangat kecil.
Juga, barangkali pandemi ini juga akan mengubah tatanan dunia ke arah yang lebih positif, yaitu dunia yang berkeadilan dan damai; bukan tatanan dunia sebagaimana yang menjadi ambisi imperium Zionis-AS. (os/editorial/liputanislam)