Beragam Ujian yang Menanti Taliban

0
2708

LiputanIslam.com –Sudah sepekan berlalu semenjak milisi Taliban menguasai istana kepresidenan dan menyatakan diri sebagai penguasa Afghanistan. Hingga kini, apa yang terjadi di Afghanistan menjadi topik yang paling hangat diperbincangkan dunia, barangkali malah mengalahkan pemberitaan tentang Covid-19. Hal itu karena keberhasilan Taliban kembali berkuasa di Afghanistan itu terkait dengan negara adidaya AS, yang terlihat begitu tak berdaya di hadapan para milisi dengan senjata seadanya.

Yang juga menarik perhatian dunia adalah sikap yang ditunjukkan oleh Taliban setelah merebut kekuasaan. Terlihat adanya keinginan untuk memberi kesan bahwa Taliban versi sekarang sudah jauh berbeda dengan Taliban zaman dahulu ketika mereka berkuasa selama sekitar lima tahun (1996-2001).

Mereka mengatakan bahwa Taliban berbeda dengan ISIS dan Al-Qaedah, dan Taliban mengutuk tindakan terorisme. Taiban sekarang sangat menghormati perempuan, dan akan memperbolehkan kaum perempuan untuk bekerja dan sekolah. Taliban sekarang juga jauh dari sikap-sikap takfirisme, yaitu mudah mengkafirkan mazhab lain.

Terkait dengan yang terakhir ini, banyak beredar video dan foto-foto, bagaimana para ulama yang berafiliasi ke Taliban secara terbuka menyatakan dukungan kepada peringatan Asyura kelompok Syiah. Dulu, Taliban berlaku sadis terhadap kaum Syiah Afghanistan, dan salah satu alasannya adalah ritual Asyura ini. Sering terjadi pemboman terhadap kerumunan orang Syiah yang sedang memperingati Asyura. Bahkan, pernah terjadi penyembelihan masal di Mazar-e Sharif, salah satu alasannya adalah masalah laten peringatan Asyura.

Kini, Taliban mengatakan bahwa Syiah adalah bagian dari Islam, dan Syiah adalah kelompok yang terbukti sangat menghormati sahabat dan istri-istri Nabi. Artinya, Taliban mengoreksi tuduhan lama mereka tentang penistaan yang dilakukan oleh orang Syiah terhadap pribadi-pribadi yang dihormati kaum Sunni. Selama ini, Asyura diklaim sebagai ajang pengutukan terhadap para sahabat Nabi. Dan kini, Taliban bersaksi bahwa semua tuduhan itu tidak benar.

Itulah gestur-gestur politik Taliban. Akan tetapi, yakinlah bahwa semua itu akan menghadapi ujian berat. Seandainyapun yang disampaikan oleh Taliban itu adalah hal-hal yang ril dan bukan bentuk kepura-puraan, Taliban pasti akan menghadapi resistensi dari sejumlah pihak, yang siap bergerak. Pilihan jalan Islam moderat dan toleran itu banyak musuhnya. Sangat mungkin, bahkan di kalangan internal Taliban sendiri, ada faksi-faksi yang tidak setuju dengan pilihan politik Taliban saat ini. Selama ini, merekalah yang sering diprovokasi oleh AS agar mau melawan. Tentu saja, selain provokasi, mereka juga diiming-imingi banyak hal. AS dan Barat adalah pihak yang sangat jago membuat intrik-intrik seperti itu.

Ada juga yang menganalisis bahwa Taliban sebenarnya hanya berpura-pura. Apa yang disampaikan Taliban tak lebih dari “lip-service”, dalam rangka meraih basis dukungan dari banyak pihak. Kelak, ketika dukungan sudah diraih, Taliban akan kembali ke watak asalnya.

Sikap seperti ini juga pasti akan diuji dengan ujian yang tidak lebih ringan. Berbagai berita yang tersebar terkait dengan penembakan pendemo, penutupan paksa salon-salon kecantikan, hingga pembakaran tempat wisata, adalah di antara gelagat-gelagat yang terus dipantau oleh banyak pihak. Jika hal ini terus berlangsung, maka Taliban akan mendapatkan resistensi yang bisa jadi lebih keras dari kelompok liberal dan sekuler. Juga, seandainya nanti Taliban menjilat ludahnya tentang Syiah, Taliban juga harus menghadapi tekanan dari kelompok Syiah.

Walhasil, sebuah fenomena politik memang tidak pernah menjadi sederhana. Keberhasilan Taliban menguasai pemerintahan Afghanistan pasti punya konsekwensi yang harus siap dihadapi. Apalagi keberhasilan tersebut dibarengi dengan hengkangnya militer AS yang selama ini digembar-gemborkan sebagai kekuatan yang tak terkalahkan. Hari-hari mendatang adalah ujian yang harus dihadapi Taliban, dan juga, dihadapi oleh rakyat Afghanistan. (os/editorial/liputanislam)

DISKUSI: