Menghormati Suami
liputanislam.com — Setiap orang tentu berkeinginan untuk dihormati orang lain, menyukai orang yang menghormatinya, dan menjauhi siapapun yang tidak menghormati dan menghargai dirinya.
Wahai para wanita terhormat, belum tentu suami Anda akan terpuaskan oleh penghormatan orang lain. Setiap hari, dirinya harus berhadapan dengan ratusan orang yang memiliki watak yang berbeda beda mulai dari santun hingga lancang. Tak tertutup kemungkinan salah satu dari mereka pernah melontarkan hinaan yang menjatuhkan kepribadian suami Anda. Karena itu, tentu dirinya mat menanti kecintaan dan kasih sayang dari Anda. Sesungguhnya kecintaan Anda tercermin dari penghormatan yang anda berikan kepadanya. Janganlah Anda bakhil (kikir) dari menghormatinya.
Percayalah, dengan menghormatinya sepenuh hati kepribadian suami Anda yang acapkali diinjak injak di luar rumah akan hidup kembali. Pujian dan penghormatan yang Anda suarakan dari dalam lubuk hati tidak akan menenggelamkan kewibawaan diri Anda. Sebaliknya hal itu akan menambah kekuatan, keyakinan dan kerajinan suami Anda dalam beraktivitas, sekaligus membebaskan suami Anda dari kecemasan yang tidak perlu.
Wahai wanita mulia! Biasakan diri Anda untuk selalu memulai salam kepada suami Anda. Upayakanlah untuk membicarakan sesuatu yang disukainya. Janganlah Anda memotong ucapannya. Saat bercakap cakap dengannya, sebaiknya Anda bertutur kata yang santun. Jangan sampai suara Anda lebih keras daripada suaranya. Dahulukan dirinya dalam setiap majelis percakapan.
Perlihatkan kepada setiap orang bahwa Anda selalu menghormatinya. Ajarkan anak Anda untuk selalu menghormatinya. Dan tegurlah anak Anda bila berlaku kurang ajar padanya. Jangan sampai Anda mengabaikan suami Anda dan pura pura tidak mengenalnya ketika Anda bersama dirinya tengah berkumpul di tengah keluarga besar Anda.
Ketika Anda membukakan pintu untuk suami Anda, kembangkanlah senyuman dan sambutlah dengan wajah ramah. Duhai, seandainya Anda mengetahui pengaruh yang timbul dari perlakuan terhadap suami Anda yang tampak ringan ini. Anda tentu tahu bahwa suami Anda acapkali dilanda berbagai persoalan di luar rumah. Namun apabila dia menjumpai Anda menyambutnya dengan senyuman tersungging di bibir nan ramah, niscaya kepenatan dan lelah dirinya akan mendadak sirna. Segenap beban persoalan dirinya seketika itu juga akan terlupakan.
Lebih dari itu, semangat hidupnya akan pulih kembali. Alhasil usulan saya ini membingungkan sebagian wanita dengan mengatakan “Apakah kami mesti menyambut kedatangan suami dengan senyuman dan penghormatan, padahal mereka (para suami) bukanlah orang baru bagi kami?”
Wahai wanita terhormat ! Dalam memeperlakukan siapapun, kita mesti memakai adat dan sopan santun. Termasuk kepada orang dekat kita. Tak seorangpun berani mengatakan bahwa sopan santun tidak lagi diperlukan dalam berhubungan dengan kerabat kita sendiri. Orang yang kita cintai harus disambut dan diperlakukan dengan cara yang khas. Seyogyanya setiap orang menghormati setiap kepala keluarga masing masing. Tatkala sang kepala keluarga tersebut pulang dari tempatnya bekerja, sudah sepantasnya kaum kerabat dan anak anaknya menyambut dengan hangat dirinya.
Mengapa seorang tamu disambut begitu santun dan hangat sementara kepala rumah tangga yang sejak pagi buta hingga petang hari bekerja keras menghadapi persoalan rumit demi memenuhi kebutuhan rumah tangga disambut dingin ketika pulang ke rumah? Wahai para ibu, berkat jerih payah dan keikhlasannya bekerja suami Anda jelas layak disambut hangat ketika pulang ke rumah sebagaimana sambutan Anda kepada tamu Anda yang mulia. Tidakkah suami Anda layak memperoleh senyuman ramah dan kata yang lembut yang dapat menghibur hatinya mengingat ia telah menghabiskan sebagian besar usianya demi memenuhi kebahagiaan dan keselamatan keluarganya?
(Dikutip dari buku Hak Suami dan Istri, karya Prof Ibrahim Amini, hal 32 sd 33)
(liputanislam.com/AF)