Keluh Kesah dalam Keluarga
liputanislam.com –Dalam menjalani kehidupan ini, setiap orang pasti akan berhadapan dengan masalah dan musibah. Dan, setiap orang juga pasti ingin menyampaikan dan menumpahkan kesedihan serta kesumpekan diri kepada teman dekatnya yang dianggap bisa menjaga rahasia dirinya. Tujuannya agar dirinya dapat menjalani hidup yang tenang dan tentram.
Namun, setiap ucapan seyogyanya dilontarkan dalam waktu dan keadaan yang tepat. Tidak sepantasnya seseorang berkeluh kesah di setiap kesempatan dan keadaan. Para wanita yang tidak sanggup menanggung musibah atau cobaan paling mudah sekalipun, kemudian menyampaikan begitu saja kepada suami masing- masing yang saat itu tengah keletihan dan kepenatan setelah seharianbekerja, niscaya akan menghadapi keadaan yang tidak diharapkan; sang suami naik pitam sehingga menjadikan dirinya bertambah risau dan galau. Sang suami akan enggan bicara pada semua orang di rumahnya dan tidak akan betah berlama- lama di dalam rumah.
Dengan serta merta, keadaan yang menjadi sedemikian kacau balau, dimana kegelisahan dan tekanan menyebar ke setiap sudut rumah. Janganlah Anda sekalian, wahai para wanita yang terhormat seenaknya saja berkata kepada suamiAnda, “Engkau pergi sendirian ke luar rumah meninggalkan saya bersama anak- anak nakal; hari ini Ahmad memecahkan kaca jendela kamar fulan, pertengkaran Amirah dengan Samirah diiringi jeritan tangisan sehingga saya tidak bisa berpikir tentang apa yang harus saya perbuat.
Tolong, bebaskan saya dari anak nakal itu. Saya benar- benar putus asa dan kesal terhadap Bahram yang malas belajar sehinga rapornya yang saya terima rata rata mereh, oh saya tidak sanggup mendidik mereka. Seluruh kejadian pada saya hari ini begitu melelahkan saya, kalau terus begini, kesadaran saya bisa hilang, tak seorang pun mau membantu saya.”
Wahai para wanita terhormat! Seluruh perkataan diatas bukanlah termasuk taba’ul, adab, serta tatakrama dalam berkeluarga. Kepergian suami Anda sejak pagi buta hingga petang hari bukanlah bermain- main dan bersenang- senang. Melainkan sebagaimana yang Anda ketahui, demi mencari nafkah yang halal yang terkadang diperoleh dengan tidak mudah.
Ketahuilah, suami Anda yang tengah penat akan menanggapi keluh kesah Anda dengan teriakan, pergi dari rumah dan nongkrong di warung- warung, atau ke bioskop, atau ke tempat lain yang dapat dipergunakan untuk menghindari Anda.
Para wanitaku yang terhormat! Tahanlah keluh kesah dan hasrat Anda demi menggapai ridha Allah Swt. Kuatkanlah diri Anda demi suami dan keluarga Anda. Jadilah wanita cerdas yang memahami betul situasi yang ada. Kalau Anda memiliki keluhan yang ingin disampaikan, bersabarlah sejenak sampai Anda mendapatkan waktu yang tepat. Yakni ketika suami Anda sedang dalam kondisi tenang dan tengah bergembira.
Usahakan penyampaian keluhan Anda tersebut bersifat timbal balik (dialogis)dan bukan mendikte atau menantang. Kalau Anda memang mencintai dan menyayangi suami, keluarga serta rumah tangga Anda, lupakanlah pelbagai kejadian kecil nan remeh. Sebab, itu akan membebani jiwa serta pikran suami Anda yang memang sudah kelelahan. Apabila pikiran suami Anda terfokus pada kejadian kejadian kecil ini, niscaya pekerjaannya akan menjadi kacau dan dirinya dilanda kegelisahan.
Rasulullah bersabda;
“Barangsiapa memiliki istri yang sering menyakitinya, Allah tidak akan menerima shalatnya dan kebaikan yang dilakukannya hingga suaminya merelakan dan memaafkannya. Walaupun ia berpuasa selama satu abad, beribadah shalat, dan membebaskan budak serta menginfakkan hartanya di jalan Allah. Ia adalah orang pertama yang masuk neraka.”
Rasulullah saw juga bersabda:
“Setiap wanita yang tidak menemani suaminya dan selalu membebani di luar kesanggupan sang suami, Allah tidak akan menerima kebaikan yang dilakukannya. (liputanislam.com/AF)