Penghinaan Rasulullah dan Upaya ‘Memelintir’ Reaksi Kaum Muslimin

0
1023

LiputanIslam.com –Barat kembali memprovokasi ummat Islam. Seorang guru di Perancis mengajarkan kebebasan berpendapat dengan cara menunjukkan karikatur buatan Majalah Charlie Hebdo yang diasosiasikan kepada Rasulullah SAW. Muridnya yang beragama Islam marah besar. Lalu terjadilah pembunuhan. Presiden Perancis Emmanuel Macron kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan Islam seraya membela berbagai karikatur itu sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.

Muncullah berbagai aksi kecaman atas pernyataan pembelaan Macron itu, dan  sejumlah negara Muslim ramai-ramai menyerukan aksi boikot terhadap produk-produk Perancis. Terjadilah pro-kontra atas reaksi kaum Muslimin tersebut. Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengeluarkan pernyatan resmi, yaitu mengecam kelakuan media Barat yang melecehkan ummat Islam, dan juga mengutuk tindakan pembunuhan yang merupakan reaksi atas pelecehan tersebut.

Barat tentu saja membela Macron dan mengecam aksi boikot tersebut. Di kalangan internal ummat Islam pun ada juga yang membela Macron dengan berbagai dalih. Tokoh NU Gus Nadir, misalnya, ia menyayangkan aksi emosional kaum Muslimin dengan manyatakan bahwa yang dikarikaturkan itu bukan gambar Rasulullah, karena tidak ada yang tahu wajah Nabi yang sebenarnya. Karenanya, menurut Gus Nadir, reaksi ummat Islam itu terlalu berlebihan dan tidak pada tempatnya.

Dalam ilmu-ilmu sastra, karikatur itu dikategorikan ke dalam jenis ilustrasi, yaitu gambar yang ‘related’ dengan  teks (beda dengan iluminasi, di mana gambar hanyalah hiasan). Karenanya, ilustrasi atau karikatur pasti punya cerita atau mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat teks (karikaturis). Inilah yang tampaknya luput dari perhatian Gus Nadir, yaitu bahwa di balik karikatur Rasulullah SAW itu ada pesan yang ingin disampaikan. Apa pesannya? Sangat jelas, yaitu menggambarkan Rasululllah sebagai sosok yang beringas, haus kekuasaan, dan predator seks.

Di sini terlihat bahwa Gus Nadir terbawa narasi pengalihan, atau malah pemelintiran, reaksi. Memang, ada sebagian ummat Islam yang marah terhadap kelakuan Charlie Hebdo, Jyllands-Posten, dan kawan-kawan, dengan alasan “visualisasi” Nabi SAW. Sebagian ummat Islam memang punya keyakinan bahwa haram hukumnya menggambar Nabi, baik dikarikaturkan ataupun dilukis. Karenanya, seandainya ada yang melukis wajah Nabi, dan lukisannya itu dibuat dengan niat mengagungkan Rasulullah SAW, bagi mereka, itu tetap tindakan yang terlarang, karena Nabi memang tidak boleh divisualisasikan.

Tapi, pemicu utama kemarahan ummat Islam itu bukan pada visualisasinya, melainkan kepada pesan atau “cerita” di balik karikatur-karikatur itu. Fokus hanya kepada satu alasan minor kemarahan ummat Islam (yaitu masalah visualisasi), bisa disebut sebagai pengalihan atas alasan utama yang paling esensial terkait dengan ketersinggungan ummat Islam itu. Perlu pula untuk diingat bahwa yang dibela Macron atas nama kebebasan berekspresi itu bukan hanya karikatur, melainkan juga kartun serta film. Pesan dari kartun dan film sangatlah jelas, yaitu menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang rendah dan hina.

Atas dasar alasan itulah maka bisa dipastikan bahwa gelombang kemarahan kaum Muslimin akan terus bergulir. Semakin keras pembelaan Macron terhadap kartun dan karikatur yang menggambarkan Rasulullah, semakin keras pula reaksi kaum Muslimin, karena kecintaan kepada Rasulullah sudah tertanam dalam hati dan aliran darah di nadi mereka; karena nama Muhammad selalu dilantunkan dengan penuh takzim dan pengagungan, setiap mereka melakukan salat. (os/editorial/liputanislam)

DISKUSI: