[Editorial] Covid-19, Konspirasi Global dengan Efek Bumerang
LiputanIslam.com –Ketika virus Korona pertama kali diberitakan muncul di kota Wuhan China, dan lalu diberitakan juga bahwa virus ini menghantam warga Qom, Iran, banyak yang menduga bahwa virus ini memang sengaja dibuat untuk menghantam kedua negara yang saat ini menjadi “musuh utama” AS. Tak sedikit orang meyakini bahwa vitus tersebut adalah senjata biologis AS. Negara adidaya ini memang punya track record kelam soal penggunaan senjata pembunuh massal dalam rangka menghantam siapapun yang dianggapnya sebagai musuh.
Dugaan seperti itu semakin menguat manakala narasi yang dikembangkan dan juga gestur politik yang ditunjukkan AS sangat tendensius dan selalu memotret Iran dan China dengan perspektif yang sangat negatif dalam konteks pandemi ini. Trump menyebut Covid-19 yang menghantam dunia dengan istilah “virus China”, untuk menciptakan kesan bahwa China adalah sumber utama bencana pandemi ini di dunia.
Adapun terkait Iran, Trump membuat keputusan memaksimalkan tekanan dan embargo, seraya menyalahkan pemerintahan Negeri Kaum Mullah itu. Menurut Trump, Iran layak mendapatkan musibah seperti itu, karena anggaran yang seharusnya dipakai oleh negara untuk pos kesehatan malah dihambur-hamburkan untuk mendukung terorisme (maksudnya adalah dukungan terhadap pejuang Palestina dan rakyat Suriah). Media-media mainstream internasional yang dikontrol oleh kekuatan ekonomi besar dunia terus menerus memberitakan narasi gaya AS itu. Berbagai kantor berita dunia (BBC, misalnya) tiap hari memberitakan jumlah kematian akibat pandemi di Iran. Rakyat Iran digiring untuk tak percaya kepada kapabilitas pejabat negara dalam menangani pandemi
Tak disangka keadaan dengan cepat berbalik. China sudah berhasil mengatasi virus. Iran juga sudah memasuki tahapan recovery. Pemberitaan yang gencar oleh media-media dunia terkait dengan angka kematian di Iran berhenti sejak tanggal 29 Maret lalu. Itu adalah tanggal ketika pandemi di Iran sudah sampai pada titik puncaknya, yang ditandai dengan terus berkurangnya jumlah pengidap Covid-19 dan juga menurunnya angka kematian. Di sisi lain, jumlah orang yang sembuh total bertambah dengan sangat cepat. Karena itu, kantor, pabrik, dan toko sudah mulai beroperasi, meskipun belum sampai tahapan 100 %. Diperkirakan, sampai Idul Fitri nanti, kondisi di Iran sudah sepenuhnya normal, dan kaum Muslimin di sana sudah bisa merayakan hari besar itu dengan kondisi yang normal.
Hal yang berkebalikan justru terjadi di AS dan banyak negara lainnya di dunia. Rakyat di negara-negara tersebut masih belum punya bayangan yang jelas, kapan badai pandemi akan berlalu. Jumlah kasus positif virus di AS sudah mencapai angka 800.000 orang per tanggal 21 April. Sedangkan jumlah kematiannya menembus angka 42.000. Angka ini diprediksi masih akan terus bertambah. AS betul-betul menjadi episentrum pandemi yang sangat mematikan ini.
Sebagaimana yang terjadi di tempat lain, pandemi ini juga tentu berimbas langsung kepada kehidupan ekonomi AS. Untuk pertama kalinya dalam enam atau tujuh dekade terakhir, rakyat AS dibayang-bayangi resesi ekonomi yang sangat menakutkan.
Alih-alih menghantam musuh-musuhnya, Pandemi Covid-19 justru malah melukai rakyat AS sendiri. Konspirasi AS dalam kasus Covid-19 seperti bumerang, senjata yang berbalik menyasar pelemparnya. Seberapa serius luka-luka itu, dan seberapa mampu AS melakukan recovery atas bencana yang mereka hadapi, waktulah yang akan menjawabnya. (os/editorial/liputanislam)