Beritakan Konflik Yaman, Al-Arabiya Gunakan Foto Palsu
LiputanIslam.com—Selain jatuhnya korban jiwa atas serangan jet tempur pasukan koalisi Arab, hal yang tak kalah mengkhawatirkan lainnya adalah munculnya propaganda atau manipulasi informasi terkait konflik Yaman.
Sebagaimana Suriah, kini Yaman juga digempur. Bedanya, jika pasukan Arab dan Barat dulu menyokong pasukan pemberontak untuk memerangi pemerintah yang Suriah yang sah, tidak demikian halnya dengan Yaman. Mereka menggempur Yaman untuk melumpuhkan kelompok Syiah Houti yang mereka sebut sebagai ‘pemberontak’ atau ‘ekstremis’. (Baca: Mewaspadai Narasi Krisis Yaman Versi Barat)
Dan Al-Arabiya pun mulai melancarkan propagandanya. Mengunggah sebuah foto di akun Twitternya, media milik Arab Saudi ini mengklaim bahwa pasukan Arab Saudi berhasil menghancurkan kelompok Syiah Houti yang tengah melakukan konvoy militer.
“Al Arabiya exclusive: Saudi Arabia’s Operation Decisive Storm destroys a Houthi military convoy in Saada [Yemen],” tulis Al-Arabiya, dalam bahasa Arab, 30 Maret 2015.
Namun sayangnya propaganda ini tidak berhasil. Tak lama berselang, netizen pun mengenali bahwa foto yang diunggah ini merupakan foto Perang Teluk I yang terjadi pada tahun 1991.
“Menurut informasi dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, yang mengunggah gambar ini dalam domain publik, menunjukkan bahwa gambar diambil oleh fotografer militer pada 4 Maret 1991 selama Operation Desert Storm. Foto menunjukkan kendaraan militer Irak yang hancur oleh pasukan koalisi,” jelas France 24, 31 Maret 2015.
Melawan Lupa: Suriah Hancur Akibat Propaganda
Tak bosan-bosannya Liputan Islam menyampaikan, bahwa hancurnya Suriah saat ini tak lepas dari peran media-media Barat dan media takfiri radikal yang tak kenal lelah menyebarkan propaganda terhadap Suriah. Bermodal foto dan video palsu, mereka menggalang dana dan simpati masyarakat. Seruan jihad pun semarak dikumandangkan di berbagai seminar, majelis, maupun media. Tak heran jika akhirnya ratusan Warga Negara Indonesia yang telah tercuci otaknya, ikut mengangkat senjata di Suriah, bergabung dengan kelompok-kelompok teroris dari berbagai faksi.
Berikut ini, adalah contoh propaganda atas Suriah dengan menggunakan foto palsu:
Sebuah foto yang menampilkan anak sedang tidur diantara dua kuburan orang tuanya yang populer di Facebook dan Twitter ternyata adalah sebuah foto rekayasa dari sebuah proyek seni. Oleh berbagai media, foto ini disebut sebagai seorang anak di Suriah kedua orang tuanya menjadi korban perang.
Dua kuburan itu ternyata hanyalah tumpukan batu, anak yang dilaporkan sebagai anak yatim itu ternyata bukan anak yatim, melainkan keponakan dari sang fotografer, dan foto itu sendiri sebenarnya diambil di Saudi Arabia.
Harald Doornbos, yang mewawancarai fotografer dari foto tersebut, mengungkapkan bahwa Abdul Aziz al Otaibi sangat terkejut melihat foto karyanya bisa dipelintir, bahwa dia sudah menjelaskan bahwa kuburan-kuburan itu palsu ketika dia mempostingnya di Facebook.
“Lihat, fotoku tidak ada bubungannya dengan kejadian di Suriah. Saya sangat terkejut bagaimana orang memelintir foto karya saya. Saya mencintai fotografi,” lanjutnya.
“Setiap seniman mempunyai gagasan di kepalanya. Jadi saya mewujudkan gagasan saya dalam sebuah proyek dimana saya hendak menunjukkan bagaimana cinta seorang anak tidak dapat digantikan. Cinta ini tidak bisa digantikan dengan apapun atau siapapun, bahkan ketika kedua orang tuanya telah meninggal.
“Saya sangat terganggu dengan kejadian ini. Tidak adil menggunakan foto karya saya di luar konteknya dan menggunakannya untuk kepentingan propaganda,” tegasnya. (ba)