Abdel Bari Atwan: Di Dunia Arab Belum Ada Pemimpin Ksatria Seperti di Iran
London, LiputanIslam.com – Jurnalis terkemuka Arab Abdel Bari Atwan dalam komentarnya mengenai perkembangan negosiasi nuklir Iran mengapreasiasi ketangguhan Teheran dalam bertahan di depan tekananan negara-negara Barat.
Pemimpin redaksi media online Rai al-Youm yang berbasis di London, Inggris, ini menilai kesepakatan awal yang telah dicapai negara Republik Islam itu dengan enam negara terkemuka dunia yang disebut P5+1 seharusnya menjadi momen bagi negara-negara Arab untuk bangkit dari kondisinya selama ini dan mengikuti jejak ketangguhan Iran.
“Kesepakatan Amerika Serikat dengan Iran bisa jadi merupakan kekalahan bagi sebagian negara Arab dan sekaligus satu sinyalemen baru bahwa pengaruh Iran akan terus menanjak. Namun demikian, kesepakatan itu juga merupakan pertanda buruk bagi masa depan Israel, dan merupakan salah satu poin positif yang paling spektakuler,” tulis Atwan dalam editorialnya untuk Rai al-Youm, Sabtu (4/4/2015).
Jurnalis kelahiran Palestina ini melanjutkan, “Poin positif lainnya ialah bahwa seandainya di dunia Arab sekarang ini terdapat para pemimpin sejati, maka yang tersimpulkan ialah keharusan mereka menjadikan kesepakatan itu sebagai titik tolak untuk kebangkitan Arab di segala bidang; membangun tatanan Arab, belajar dari kepiawaian Iran dalam berunding dengan lisan yang tajam dan cara negara ini dalam memainkan kartu As-nya di dalam berinteraksi dengan negara-negara, dan konsistensinya dalam pengambilan keputusan yang independen.”
Atwan mengingatkan, “13 tahun Iran bertahan dengan sangat solid di meja perundingan dengan enam negara besar, tidak takut terhadap armada perang dan kapal-kapal induk, sementara perunding Arab (Anwar Sadat) tak mampu bertahan dua minggu di Camp David, dan Palestina empat bulan di Oslo. Di sinilah letak perbedaannya.”
Di bagian akhir editorialnya dia menyatakan bahwa yang dikehendaki sekarang bagi dunia Arab ialah kebangkitan yang sejati dan terjauh dari kepalsuan.
“Yaitu kebangkitan sains, militer, kebudayaan dan politik di bawah komando para ksatria dalam pengertiannya yang hakiki, yang pantang membebek, yang percaya diri, dan yang bermartabat kebangsaan. Sayangnya, kami tidak melihat tanda-tanda adanya orang-orang demikian, setidaknya dalam waktu sekarang ini. Silakan koreksi kami jika kami keliru,” pungkas Atwan.
Seperti diketahui, Kamis lalu (2/4/2015) Iran dan enam negara besar dunia yang tergabung dalam P5+1 telah mencapai kesepakatan kerangka kerja di bidang nuklir Iran setelah kedua pihak melakukan pembicaraan secara maraton selama delapan hari di Laussane, Swiss, dengan tujuan mengatasi kecurigaan berbagai negara, terutama negara-negara Barat, terhadap program nuklir Iran. (mm)